Minggu, 12 Januari 2014

Akira dan Akara

(Taman kota , Jakarta Selatan)

Sudah 2 jam ia duduk di sini, di taman kota di tengah tengah Jakarta. Ada satu hal yang selalu ia lakukan. Ia berulang-ulang kali memperhatikan ponsel dan jam tangannya seolah-olah ia mencari harta yang tak muncul-muncul dari ponsel dan jam tangannya. Kali ini ia melihat kearah jam tangannya lagi dan akhirnya ia menyentak dengan keras  

“Ahhhh! Bosen gue disini lama-lama, bisa-bisanya ya gue ditipu ratusan kali sama janji-janji model ginian, gue yang bego apa gimana sih, semuanya aja dibikin susah!”  

Ia bangun menarik tasnya dengan kasar dan melangkah dengan tak kalah kasar. Ia berjalan sambil menunduk dengan pikiran yang amat-sangat dongkol,ia masih menundukkan wajah sebelum...  

Gubraaaaaaak  

“Adooooooh,apes banget gue, ah sialan lo! siapa yang nabrak gue!”

“Errr....Kara?” “Ya! gue Kara!, apa lo? Lo siapa? Lo mau apa, ha?!”  

Hakim segera bangun dan berusaha menolong gadis ini dengan mengulurkan tangannya

  “Ogah!” tolaknya setengah membentak

“Gue bisa  bangun sendiri ,biang apes!”

“saya minta maaf.”

“Minta maaf, minta maaf, sakit ni pe’ak! Gila lo ye, gue segini gedenya, lo tetep gak bisa ngeliat, lo buta? Lo jalan pake mata kaki?....”

  Hakim memotong perkataannya   “Kan,saya udah bilang minta maaf , ya udah dong , gak usah dikata katain juga , saya juga jatuh , saya juga sakit , lagian juga salah kamu sendiri jalan sambil nunduk.”

  Panas yang dirasakan perempuan itu , tapi apa boleh buat, ia memang salah, berjalan sambil menunduk kesalahannya

  “Iya iya iya, bawel deh, eh tadi lo kenal gue ya , lo siapa?”

  Laki laki itu mengulurkan tangan

  “Saya Hakim, saya yang mau ketemu kamu disini, saya minta maaf dengan sangat karena saya terlambat lama sekali, saya ada meeting mendadak dari majalah luar negeri, sa...”

“Oh jadi lo Hakim. Bagus baaaaaanget ya, telat sih telat, tapi ini 2 jam! Emang ya,kalo  orang punya mimpi , pasti adaaaaaaaa aja halangannya, kayak sekarang ni, elo!”

“Baik, saya atas nama majalah sekali lagi minta maaf, sebagai permohonan maaf saya, kita bicarakan hal ini di Boslome, bisa?"

Tidak ada respon , ia menambahkan  

“ Tenang saya yang traktir.”  

Mendengar hal itu ia tidak berpikir panjang lagi
  “Oke!... gue terima permohonan maaf lo.”  

***  

Kara namanya , nama panjangnya Alleana Akara. Gadis 17 tahun yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, dan menjadi anak kelas 3. Ia tinggi, rambutnya ikal, putih, dan berbehel. Kara tipikal anak pemimpi hal ini didapatnya karena ia sangat mencintai buku, mungkin, bisa jadi,ia memujanya. Hal hal yang menurutnya penting yang tercantum di dalam buku pasti ia hafalkan. Ia pasti menghafalkan kata kata mutiara yang ada didalam buku. Tiada hari tanpa membaca, tiada hari tanpa merenungkan hal aneh yang ada diotaknya. Ongkos untuk membeli semua buku yang dibeli dan dibacanya sangat besar, orang tuanya sudah melarangnya, tapi apa daya, kemauan membacanya sudah terlanjur sangat besar.  

  Belakangan ini Kara punya mimpi baru yaitu menulis sebuah buku. Ia mengincar suatu perlombaan , yaitu perlombaan menulis buku yang diadakan oleh satu percetakan yang juga mencetak 1 majalah yang terkenal di Indonesia. Sifat antusiasnya  melonjak dan berlompatan, ia mengirimkan puluhan judul dan ikhtisar karangan yang sudah dibuatnya selama ini. Dan yak! Kara memenangkan perlombaan tersebut. Hari ini ia berencana bertemu ketua redaksi majalah yang mengadakan lomba menulis buku, dan kisah gadis pemimpi ini baru saja dimulai.

  ***

( Ketika Kara dan Hakim membicarakan pencetakan buku Kara , di waktu yang sama, di lain tempat )

“Aga, kita udah bicarain hal ini ya , aku merasa semua udah , semua selesai...”

“Tapi kan aku masih ada rasa ke kamu Kir..”

“Apa? Rasa? Rasa apaan tuh? Gini ya Ga, berkali kali aku kasih kamu kesempatan tapi apa? Sama aja kan , kamu nyakitin , nyakitin , nyakitin , hobi banget ya kamu nyakitin aku ? Seneng?”

“Aku enggak ngapa ngapain Kir sama Diva kemaren , kamu bisa perc...”

“Udah ah bosen.”  

Pembicaraan selesai  

“Dasar laki laki, pengennya apaan sih? Katanya sayang , belum pacaran aja udah nyakitin gimana kalo udah pacaran, ihhhhhhhh!!!!”  

Perempuan ini begitu kesal sampai sampai ia tidak sadar telah membanting ponselnya ke tanah

“Yaaaaaahh... hapeku..."

Katanya sambil memandangi ponsel yang sudah retak

"Aga kampret banget sih jadi manusia!!!”

  Ia memungut ponselnya dengan geram dan bergegas pulang ke rumahnya  

***

Alleana Akira , perempuan 17 tahun , duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Atas. Penggemar berita berita nasional maupun internasional. Program TV favoritnya adalah acara berita , apapun itu , mulai dari talk show , komunitas pengacara, intrograsi, berita sekunder, bahkan headline news yang biasanya berjalan jika satu acara TV ditanyangkan , ia selalu sergap untuk membacanya. Sejauh hidupnya ia tahu 1 hal tentang dirinya , ia makhluk realistis.

  Hari ini ia sedang berlatih soft ball, latihannya begitu mengasyikkan sampai Aga (teman dekatnya) menelfonnya, untuk meminta maaf dan pengampunan dari Kira. Namun tidak akan ada kesempatan lagi untuk Aga. Dan tanpa sadar petualangan hidupnya di mulai hari ini.

  ***

(Pondok Indah , Jakarta Selatan)

  2 Mobil Sedan, merah dan putih merapat kesebuah rumah besar , terlihat pagar hijau besar yang menjulang sangat tinggi

“Pak Juki, bukain dong!!”   Kara berteriak dari dalam mobilnya

  “Maaf non! Maaf!”  

Seseorang dengan seragam satpam berusah membuka pagar rumah yang sangat besar itu, dan membiarkan mobil-mobil tersebut masuk ke dalam rumah

  “Kiraaaaaa, habis dari mana lo..”   Sapa Kara dengan riang sambil merangkul Kira sembari berjalan memasuki rumah mereka berdua

  “Apasih kamu, aku dari got, gak liat ni hapeku, busuk banget gini..”   Geram Kira menunjukkan ponselnya  

“Yah, kok bisa jadi gini sih beb, yaudah mendingan ni barang lo buang ke bak sampah”

“Iya nanti aku buang , tapi aku bungkus ni barang pake buku rongsok kamu “

  Kira melepaskan rangkulan Kara, dan melaju ke dalam kamarnya

  “Nape tu manusia, merengut amat sih ya, aduh ampun deh gue...”

Kara mulai bergerak menuju kamarnya untuk mengganti bajunya, namun ia masih teringat dengan wajah kusut Kira, maka dari itu ia mengambil salah satu buku koleksinya yang berjudul “Titik Air Wajah” yang bercerita tentang emosi dalam wajah, dan bergegas menuju kamar Kira  

3 kali mengetuk pintu , lalu ia masuk kedalam

  “Kir...”

“Apa? Mau buang hapeku, udah tu, udah di tempat sampah..”

“Yah, udah dong Kir, maaf ya, ampun, ni gue bawain buku.”

“Yaelah, buku lagi buku lagi, aku udah bosen Ra”

“Eh, enggak, enggak, ini seriusan keren, initinya buku ini, ketika lo mencintai kekurangan dan kelebihan yang ada di dalam diri lo, lo bakalan nemuin senyum yang bakal diciptain sama titik titik air di wajah lo, baca ni..”

  Kiraa menatap wajah kembarannya dengan penuh tanya  

“Mungkin yang di omongin di buku kamu itu bener, tapi plis jangan sok tau , aku bukan marah tentang kekurangan atau kelebihan , udah deh kamu keluar aja..”

“Eh eh , jangan dong Kir, gue udah minta maaf juga , oh atau, bentar bentar ,gue ambil buku gue yang lain yang lebih lucu dari ini kali ya...”  

Kiraa menarik nafas, dan menenangkan dirinya  

“Gak usah kalik ra, iya iya aku juga minta maaf, tapi gak usah pake bukumu itu yaa..”

“Eh , hehe , iya, suatu saat lo baca ya..”

“Iya , kapan kapan aja sampek aku minus 100”

“Ye , elo!”

“Tapi kayaknya kamu hepi banget ya ra , ada apa sih?”

Sebelum Kara menjawab pertanyaan Kia ,  Kara berlari dan bergegas menuju kamaranya

  “Yah.. tu anak, diajak omong malah minggat”  

“Tadaaaaaa....!!!!” Suara mengagetkan dari Kara  

“Ujubunek!! Sialan banget sih kamu, ngagetin mulu ah”

“Ehehe sori sori,gue kesenengan nih..”   Ia mengibas ngibaskan kertas yang ada didalam genggamannya

  “Kertas apaan tuh”   Kata Kira sambil menunjuk kertas yang dipegang Kara  

“Ahahahaa, ini kertas  persetujuan ,bahwa gue bakal nulis buku, dan bukunya bakalan diterbitin sama penerbit terbesar se Indonesia, ini hasil gue menang lomba nulis buku”  

Kira nampak bingung  

“Hah ?Apa?Sejak kapan kamu nulis cerita? Sini mana, aku liat dulu, nanti malah kamu nipu aku”

“Ih , apaan sih lo, ni ni,  kalo gak percaya”   Seru Kara sambil memberikan berkas kepada Kira

Kira  menerimanya dan membacanya dengan seksama

  “Aaaaaah... impian gue bakal kewujud bentar lagi Kir!”   Sahut Kara sambil tidur di sebelah Kira

Kira tidak menghiraukan kata kata Kara, ia tetap membaca berkas berkas itu dengan diam  

“Habis buku gue diterbitin , gue nerbitin buku ke 2 daaaan seterusnya sampek gue bosen nulis buku, habis itu semua buku bakal jadi best seller dimana mana, terus gue dipanggil di acara talk show,terus gue bakal muncul di cover pertama rolling stone sama time, terus gue bakal bikin museum isinya semua buku buku gue...”

  Sebelum Kara melanjutkan mimpinya , Kira menyela perkataannya terlebih dahulu

  “Ngimpi banget kamu, terlalu banyak hal yang harus kamu lakuin dan korbanin lho , emang kamu dah mikir resikonya , kamu juga nggak mau punya keluarga? Muncul di Majalah Time tu tinggi banget lho, kamu liat Agnes Monica , terlalu keras usaha dia sampek bisa masuk ke majalah rolling stone , lah kamu? Masih 17 tahun , masih jadi anak mami , mimpinya kegedean.”  

Kara menatap kembarannya dengan aneh, namun Kira tidak meresponnya

  “Gue bisa buktiin semuanya ke elo!”

“Ya sana, terserah kamu, tapi btw ra, disini nggak ketulis kapan buku kamu diterbitin?”

“Oh itu , hehe , mas dari redaksinya lupa ngetik,  yang jelas tahun depan terbit , lumayan deket ya , gue deg deggan nih”

“Trus , ini persetujuan duit apaan?”

  Tanya Kira sembari menunjuk salah 1 kertas dari berkas tersebut  

“Duit tambahan”   Jawab Kara dengan santai

  “Loh , bukannya kamu menang , ngapain kamu bayar? “

“Ye , elo! Kudet banget sih ya, ini buat publikasi gitu lah “

“Publikasinya 15 juta? Ya terus buat apa kamu menang , kalo duit tambahannya segini?”

“Ih brisik banget sih, lo tu ya, gak brenti brentinya bikin mimpi gue ancur , kalo lo nggak mau support gue juga nggak papa, ini juga hidup gue!”

“Eh , bukannya aku mau ngancurin mimpi kamu, tapi realistis aja dong , ini pemerasan bukan hadiah menang lomba!”

“Aahhhhhh! Brisik brisik brisik! Gini ya ,lo inget kata kata gue! Walt Disney selalu bilang , jangan pernah brenti buat bermipi! Lo tau gak!”

“Ya sana! Makan tu semua kata mutiara di buku buku kamu , sampai kamu sadar , satu satunya hal yang harus kamu lakuin di hidup kamu itu , berperilaku dengan bener, ngerti kamu?”

“Bodo amat, hal ini adalah hal bener , aku punya mimpi juga bener , nggak ada yang salah, ah bodo amatlah , sini kertasnya”

  Kara menarik kertas kertas dari tangan Kira

  “Ni , biar kamu puas , tapi sampek kamu nangis di depan aku lagi , gara gara kamu stuck di satu keadaan , aku bakal biarin kamu nangis sampek air mata kamu abis”

  Kara berdiri dan bergegas keluar, tepat didepan pintu ia berbalik badan  

“Gue nggak akan nangis di depan lo!”   Kalimat terakhir Kara sebelum ia membanting pintu kamar Kira

Kira menatap kembarannya dengan acuh tak acuh, seolah ia peduli dan tidak peduli atas perkataan Kara.  

***

( Pejaten , Jakarta Selatan  )

“Apa nih, kok hujan? Aaaaahhhhhh...”  

Keluh Kira yang sedang menatap langit diatasnya ,langit yang sedang menurunkan butiran butiran air yang jatuh di wajahnya  

“Aduh, cari tempat teduh dimana ni..”  
Kira mencari-cari tempat berteduh

  “Nah tu ada satu.”  

Ia segera berlari ke arah halte kecil di seberang jalan

  “Nunggu bentar lah....”  
Katanya sambil mengibas ngibaskan tangannya

Tidak lama kemudian banyak orang berlarian dan menempati tempat di sebelah kanan ,di kiri ,dan didepan Kira, nampaknya orang-orang tersebut juga ingin berteduh

Kira tidak suka keramaian , ia mengambil ponselnya dan segera menelfon taksi. Ia menekan nomor telfon taksi , dan menaruh ponsel itu didekat telinganya  

“Halo... iya halo , iya saya mau pesan 1 taksi , iya ke arah Pejaten di halte di kanan jalan , ha? Dicek dulu , iya...."

  Telfon terputus  

“Eh halo , halo , halo pak , pak! Yah , putus , pulsaku abis lagi, aduuuh ini gimana , mana rame banget gini, jadi pusing gini..”

  Seseorang di sebelah kanan Kira menepuk pundaknya
  “Pake hape saya aja..”  

Kira menatapnya dengan aneh  

“Maaf sebelumnya saya lancang , tadi mau nelfon taksi ya? Pake hape saya aja, kayaknya kamu juga udah nggak kuat sama asap rokok..”  

Kira baru menyadari ada begitu banyak orang yang merokok di dekatnya

Ia mengangguk, mengambil ponsel itu dan menelfon taksi kembali

“Ini hape kamu, makasih ya, ini taksinya masih rada lama sih, hehe”

“Oh oke , sama sama , emangnya kamu mau kemana? Kayaknya kamu juga bukan orang Jakarta ya , dari tadi saya denger kamu nggak ada logat Jakarta sama sekali”

“Aku mau pulang ke Pondok Indah, tadi habis main ke rumah temen , oh aku orang Jakarta asli , cuman waktu kecil aku nggak tinggal di Jakarta, jadinya udah kebiasaan nggak pake logat Jakarta.”

“Oh gitu , btw , namaku Hakim”

“Oh haha, Kira”   Ia mengulurkan tangannya

  “Seneng punya temen baru”

“Oh oke, iya aku juga”  

Mereka bercakap cakap sekitar 1 jam ,  satu persatu orang di halte tersebut mulai meninggalkan tempatnya , menyisakan mereka berdua serta hujan yang masih turun

  “Eh dah sepi nih”
  Kira melihat-lihat sekitarnya  

“Iya hehe, bentar bentar , kim , dari tadi kamu nggak pergi , sebenernya kau mau kemana, jangan bilang kamu nggak pergi pergi gara gara , kamu nanggapin pembicaraan aku ya”

“Emmmmm.... Ada iyanya ada enggaknya “

“Yaaaah , aku jahat banget , sori sori , gara gara taksinya nggak dateng dateng nih “

“Ah nggak papa kali, aku juga nunggu taksi”

Tak lama setelah itu 2 taksi merapat di dekat halte tampat mereka berdua berdiri

  “Nah tu taksinya, yuk..”

  Hakim tetap berdiri , dengan pandangan penuh tawa

  “Lah kok kamu tetep disini?”

“Kalo nggak salah kamu bilang “yuk” , emang siapa yang mau pergi bareng kamu , orang kita pergi sendir- sendiri”

  Kira nampak malu dan salah tingkah

“Oh, ya , iya , ya maksdunya tu , “yuk” ke taksi masing masing , gitu maksudku..”

  Hakim memandanginya  

“Ah, aku jadi orang bego banget gini , Hakim ayo..”

  Tanpa sadar Kira menarik tangan Hakim, menariknya menuju taksi tanpa ampun  

“Kir... Taksiku yang itu”  

Kira akhirnya sadar, ia memandangi taksi dan Hakim secara bergantian , dan melepaskan tangannya  

“Ah, iya iya , ya udah sana..”

“Kamu nggak mau narik aku ke taksiku”

“Ya enggak lah , kamu bisa jalan sendiri!”
  Bentak Kira pada Hakim  

“Iya, iya, aku duluan ya”  

Hakim masuk ke dalam taksinya dan berlalu  

“Aku duluan ya...”

  Kiraa mengikuti kata katak Hakim dengan nada yang sama seolah olah menghina perkataan Hakim, namun ia tetap tersenyum dan masuk ke dalam taksinya.  

***

( Pondok Indah , Jakarta Selatan)

  “ Susah banget sih ni kasus, nggak slesai slesai , lama lama aku bakar juga TV nya”

“Yelah non , kalo nonton TV mah hindak usah kebawa emosi atuh non, naon ni si non”

Balas bi Ndari , pembantu Kira , yang sedang mengupas buah rambutan

“Yah bi Ndari nggak tau sih ,kasus Hambalang tu hampir 1 tahun bi , nggak slesai slesai”

“Ya bibi kan nggak tau non , bibi taunya kan masakin makanan buat non”

“Yeeee Bibi ah...” Balas Kira sambil menepuk halus pundak bi Ndari

“Hehe maaf non , ini rambutannya , udah dikupas semua”

“Makasih bi hehe..”

  Terdengar suara pintu utama terbuka dan tertutup

  “Bi, bibi itu siapa sih,kok nggak ngetuk pintu dulu?”

“Oh ya, bentar non”

  Belum 5 detik Bibi Ndari pergi dari tempatnya , ia kembali lagi ke tempatnya semula

  “Lah cepet banget , bi emang siapa?”

“Non Kara”

“Kara? Kok nggak ngasih salam?”

“Aduh, bibi nggak tau non, tapi bibi hindak berani tanya naon sama non Kara,soalnya non Kara nangis”

“Kara nangis?”

“Iya non, sambil bawa kertas banyak non”

“Kertas?”  

Kira teringat akan kata katanya ,bahwa ia tidak akan peduli jika Kara menangis lagi

  “Ah bodo ,entar juga ketawa ketawa lagi, nonton aja bi ,tapi ganti bi , bosen sama Hambalang , cari berita lain aja bi”

  ***

“Oh masalah itu , sekolahku banyak event kok kim , nanti aku tanyain sama ketuanya aja kali ya , kebetulan aku anak publikasinya juga sih..”

“Oke makasih banyak Kir..”

“Iya sama sama”  

Kira menutup telfonnya, telfon dari Hakim , teman barunya yang baru dikenalnya di halte Pejaten

  “Aduh kok jadi laper gini ya..”  
Kira turun dari kasurnya , dan berjalan menuju dapur untuk mengambil makanan

Saat ia berjalan ia berhenti dan menatap kamar Kara, ia ingat ketika bi Ndari meceritakan tentang  Kara yang pulang dengan air mata  berlinang

Kira memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Kara

Ia mengetuk beberapa kali, dan masuk ke dalam kamar  

“Ra..”  

Terdengar suara tangisan, di arah meja belajar

Kira melihat Kara duduk di meja belajar, sembari menundukkan kepala ke pangkuan tangannya

Kira berjalan mendekati Kara

Dengan tiba tiba Kara berdiri , berbalik badan menghadap Kira

Kira tersentak melihat orang yang berada di depannya, penampilan Kara hancur , ia mirip dengan pengemis, rambutnya acak acakkan , serta kantung mata yang tebal  

“Gue udah pernah bilang, gue nggak akan pernah nangis di depan lo”   Kara berkata kata dengan terisak isak

Kira merasa bersalah atas apapun yang pernah ia katakan kepada Kara

Kara berjalan hendak meninggalkan Kira di dalam kamarnya

“Ra , ra , ra, aku minta maaf”

  Kara tetap berjalan  

“Ra kamu bisa cerita , maaf ra , kamu boleh kok nangis didepanku, aku juga nggak mau bikin air mata kamu habis”  

Kara berhenti dan berbalik menghadap Kira  
“Kira...”

  Kara memeluk Kira dengan erat, dan membuat Kira sadar , masalah yang dihadapi Kara pasti berat

  “Gue kena tipu Kir..”

  Kira melepaskan pelukkan Kara dan mengajaknya duduk  

“Sini sini duduk ,sekarang tarik nafas dulu, terus kamu ceritain semua hal yang bikin kamu nangis dan bikin kamu mirip gembel kayak gini”

“Gue di tipu , semua-muanya Kir, waktu itu gue harusnya ketemu sama bidang redaksi majalahnya , gue nunggu Kir , gue udah nunggu 2 jam ,orang redaksinya nggak dateng dateng ,karena gue seneng gue bisa jadi juara , gue bela bela in nunggu, gue nunggu 2 jam di taman kota , gue capek tapi gue tetep nunggu..”

  Ia menarik nafas kembali

  “Gue akhirnya ketemu 1 orang yang ngaku jadi bidang publikasi majalah itu , kita makan di Blosome, kita bicarain tentang buku yang bakal diterbittin, gue sama sekali nggak sadar apa yang gue perbuat , semuanya gue iyain , cuma buat ngejar hadiah lomba itu , gue seneng akhirnya gue bisa nerbitin buku , mungkin yang elo tau gue masih standar banget untuk nulis cerita , tapi gue yakin gue bisa , gue yakin Kir..”

  Kira semakin merasa bersalah

  “Gue menyanggupi semua syarat syarat yang diajuin , bayar 15 juta lah , deadline dimajuin lah , masih nambah biaya lainya buat nambahin ongkos kirim, gue udah bayar semuanya , gue bayar bukan pake uang mami atau papi , gue pake dari tabungan gue , gue ngabisin semuanya , gue nggak punya uang lagi , gue abis abisan dan ternyata buku gue belum di edit apalagai di terbitin , ini semua udah hampir 1 tahun dari gue menangin lomba itu , dan ternyata dia bukan dari pihak majalah , dia hacker , dia cari tau data gue , dan nyari nyari gue , pihak majalah yang asli udah sering ngehubungin gue tapi selalu nggak nyampe karena dia malsuin data gue, dan sekarang yang jadi pemenang dari lomba itu , orang yang juara 2 ,dia nggantiin gue , karena gue nggak ada kabar, sekarang buku dia yang bakal diterbitin, bukunya hampir di rilis Kir , sekarang gue harus apa , apakah omongan lo selalu bener Kir , selalu kejadian , gue tau gue salah , gue harusnya enggak kaya gini , gue harusnya nggak punya impian ketinggian,gue harusnya tau diri , gue juga harusnya dengerin lo, karna lo tau apa yang akan terjadi”  

Ia menarik nafas dan menghapus air matanya  

“Gue nggak mau lagi Kir , gue nggak mau punya mimpi lagi , gue mau biarin hidup gue mengalir kayak hidup lo”

  Kara tersenyum diantara matanya yang sembab

  “Sekarang gue capek , gue pusing, makasih udah mau dengerin gue , gue akan selalu dengerin kata kata lo , apapun itu, gue minta sekarang lo keluar”  

Kara menarik tangan Kira keluar ruangan

  “Ra bukan gitu maksud aku, udah lupain aja semuanya ra..”

“Gue bakal ngelupain semuanya kok..”  
Kata Kara sambil tersenyum dan menutup pintu kamarnya

Kira berjalan sambil mencerna masalah yang dihadapi kembarannya  , banyak hal yang berkelebat dalam otaknya , siapa hacker yang mencuri data data Kara, mengapa Kara tidak mau melapor polisi, apakah Kara sufah menghubungi pihak majalah , tapi entahlah... yang ia mau hanya mengembalikan semangat Kara dalam mimpi mimpi yang dimilikinya

***
( Mie ayam Menteng , Jakarta Pusat)

  “Kamu mau makan apa ra..?”

“Terserah lo aja Kir , lo pasti tau apa yang enak.”

“Oke ya , mie goreng spesial aja 2 mbak , minumnya milkshake coklat 2”

 Kata Kira pada seorang pelayan yang bertugas

  “Kok Cuma 2 , katanya ada temen lo yang mau dateng nanti..”

“Oh iya , lupa aku, ya udah mbak mienya jadi 3 , milkshakenya juga 3”

“Sudah mbak, tidak ada tambahan lagi?”   Tanya pelayan itu

  “Enggak mbak, udah..”

“baik ditunggu ya”

“ya terimakasih..”

  Kira mengambil ponselnya , menekan beberapa nomor, dan mendekatkan ponselnya ke telinganya  

“Sampek mana kamu ?”  

Kara melihat ke arah Kira sebentar  lalu bermain dengan ponselnya kembali

  “Oh oke deh, aku juga bawa kembaran aku lo, makanya kamu cepetan dikit....... oke hati hati ya”  

Pelayan datang membawakan minum, Kara langsung  mencicipi minumannya

  “Lumayan..”

“Haha, udah aku bilang , disini pasti enak..”

“Iye ratu, temen lo , namanya siapa btw?”

“Namanya Hakim , orangnya rapi lho..”  

Kara tersentak kaget  

“Hakim ? Hakim siapa?”

“Arandra Hakim Prasetyo.”  

Mata Kara semakin terbelalak

  “Orangnya kayak gimana?”

“Lucu sih , rapi orangnya , enggak kumisan enggak brewokan..engg..”

“Pake kacamata?”  
Kara menambahkan  

“Iya , kacamatanya item besar model nerd”

“Kir itu yang nipu gue!!!!”

“Hah!!”   Kira termangu

  “Kira!”  

Terdengar suara seorang laki laki , dari arah parkiran ditengah tengah hujan yang cukup deras

Kara dan Kira berbalik menatap arah laki laki itu

  “Kira!! Itu Hakim yang nipu gue!!!”

Kara berteriak amat keras , seluruh isi ruangan menatapnya dengan kaget  

Laki laki itu nampak tersentak , dan berlari meninggalkan tempatnya semula

Kara mulai menangis kembali , sedangkan Kira bergegas mengejar laki laki itu , butuh beberapa waktu untuk mengembalikan kesadaran Kara

Beruntung kesadarannya cepat kembali ia segera berlari dan mengikuti saudaranya mengejar Hakim  

“Sial”
kata Hakim ditengah tengah upaya pelarian dirinya

“Kir kejar Kir!”
Kara berteriak kepada Kara  

Kara dan Kira  mengejar laki-laki itu dengan sekuat tenaga mereka

Mereka berlari sampai pada perumahan yang memiliki banyak tikungan

  Mereka tetap berkejaran , tanpa ada seseorangpun yang membantu Kira dan Kara untuk mengejar Hakim  , bahkan Kara berlari sambil terisak isak

Sedangkan Kira sudah tidak menyadari bahwa ia berlari layaknya tidak memiliki jantung , ia seperti tidak bernafas , namun dengan hal ini saja ia bisa menebus kesalahannya telah mengubur impian Kara

  Masih saja berlarian ,tanpa mereka ketahui , mereka memasuki area bebatuan dimana terdapat banyak batu tajam dan pasir berserakan

Tak lama setelah itu terdengar suara orang jatuh , Kira melihat orang yang berada di depannya terjatuh

Hakim terjatuh

Segeralah Kira menarik kemeja Hakim dengan nafas terengah engah  

“Kamu nipu Kara! Sekarang kamu mau nipu saya, ha!?”
   Dengan keras Kira menarik rambut Hakim ke tanah , menekan kepala Hakim dengan lututnya , serta memukul dan menginjak badan Hakim  

“Kamu tau? Kamu udah ngancurin mimpi mimpi saudara saya!”
  Kata kata itu di susul dengan cengkraman kuku kuku Kira terhadap wajah Hakim  

Akhirnya Kara sampai di tempat perkelahian Kira dan Hakim

Namun ia sungguh tidak sanggup lagi berlari, ia hampir tidak bisa bernafas karena tangisannya, ia terduduk sambil menunduk diatas batu batu yang tajam

Berjarak 10 meter dari Kara,  Kira mengambil kacamata Hakim dan menusuk-nusuk leher Hakim tanpa ampun Hakim amatlah kesakitan , ia mengerang kesakitan, ia melonjak lonjak berusaha bangun namun Kira masih menahan badan Hakim dengan sekuat tenaga

Dilain hal Hakim sudah tidak sanggup untuk menahan sakit dari hajaran-hajaran yang diberikan Kira kepadanya

  Hakim mengambil sesuatu dari sela celana panjangnya , benda itu dekat dengan sepatu , sehingga Hakim tidak sukar untuk mengambilnya

Kara melihat gerakkan cepat yang dilakukan Hakim , Kara memaksakan diri untuk berlari  

Hakim berhasil mengambil barang tersebut , ia bersiap menancapkannya  

“Kira ,minggir!!!!”  

Kira terhuyung keluar melewati tubuh Hakim

  1 Benda yang membuat mata Kara terbelalak . Benda itu panjang tipis dan tajam , benda itu tertancap di bagian atas pinggang-kiri Kara ,

tidak sampai di situ , Hakim memutar benda tersebut dan menarik benda itu keluar dari tubuh Kara.

Hakim segera berlari meninggalkan 2 perempuan itu

Hal terakhir yang Kira lakukan ditempat itu adalah meneteskan air mata  

***

“Kaa Kara,  Ra !kamu masih bisa di sini, Kara bangun sekarang! Kalo kamu nggak bangun sekarang , aku buang semu buku buku kamu!”  

Kira menangis sambil ikut berlari dan memegangi pinggiran tempat tidur Kara

Tempat tidur itu sudah dipenuhi darah, dokter serta suster melarang Kira memasuki tempat Instalasi

“Dokter,dokter , itu saudara saya ,itu saudara saya! saya berhak liat dia ! saya gak mau dia mati!”

“Maaf, kamu membahayakan saudara kamu sendiri”

“Enggak , enggak , enggak boleh...., dokter dokter bantu dia , dia yang punya mimpi , saya yang enggak punya!”  

Kira memukul mukul pintu Instalasi, lalu terduduk di pinggir pintu , tertunduk sambil menangis

  “Kiraa...”  

Kira menegadah  

“Mami, papi”

  Kira segera bangun , memeluk orang tuanya

Ibunya nampak terkejut dan larut dalam tangisan , ibunya melihat tangan dan baju Kira yang penuh dengan darah, ibunya sungguh tidak sanggup melihat semuanya , ibunya kehilangan kesadaran

  Ayahnya tersentak dan berlari untuk memanggil suster

  Kira mendesah dan sungguh tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan , ia hanya diam dalam tangisan

  ***

(Rs Gatot Subroto , Jakarta Pusat )

  “1,2,3,...”

Terdengar bunyi dari ponsel Kira , tanda ia memulai sebuah rekaman  

“Halo semuanya..”  

Sapa Kira dengan riang sambil melambaikan tangan ke arah kamera ponselnya  

“Sekarang hari ke 15 nih, dan Kira ada di kamarnya Kara, tu Kara.”
  Ia mengarahkan ponselnya kepada seseorang yang masih terbaring di sebuah tempat tidur menggunakan begitu banyak selang yang tertempel di tubuhnya  

“Yah Karanya masih tidur , tapi sekarang aku mau gangguin Kara ni.... yuk yuk.. “  

Ia berjalan ke arah Kara dan menaruh ponselnya keatas meja yang sudah ia siapkan agar semua angle ruangan terekam

  “Kara!! Bilang halo ke kamera dong..”

  Ia mengambil tangan Kara yang tidak tertancap  infus , dan melambai lambaikannya ke arah kamera

  “halo , gue Kara...”  

Suara Kira yang menirukan gaya bicara Kara dengan logat Jakartanya  

“Oh, oke semuanya aku bawa sesuatu buat Kara , dan aku mau buat pengakuan ke Kara..”  

Intonasi suara Kira mulai serius  

“Jadi gini ra, sebenernya , sebelum kita semua ada disini , di beberapa malem waktu semuanya tidur, aku diem diem ke kamar kamu, tau gak aku ngapain? Aku nyuri buku buku kamu hehe... Pasti kamu nggak sadar kan? Ya iyalah! Buku kamu aja kebanyakan, jadi kalo dicuri pasti kamu nggak nyadar! “  

Kira tertawa menghadap kamera

  “Dan sekarang , aku bawa semua  hasil curian aku”

  Kira menaikan 1 kardus penuh berisi buku buku ke atas kursi yang berada di sebelahnya  

“ehehe maaf ya ra , masih dikit banget ya, aku inget , pernah janji buat baca buku buku kamu kalo udah minus 100, tapi aku baru minus 2 jadinya aku baru baca segini hehe, eh tapi nggak usah sedih , aku udah baca semuanya dari halaman pertama sampek terakhir , ni ni aku tunjukkin..”

  Ia mulai mengeluarkan buku buku yang dibawanya

“pertama ,aku baca Fable Heaven kamu yang pertama sama yang kedua, aku baca Marc of Athena ini keren banget ternyata bukunya, aku baca triloginya Raditya Dika dan ternyata lucu lucu bukunya gemes bangetlah bacanya , aku juga baca Divergent sama Insurgent ya ampun serius deh Tris sama Tobias romantis banget-nget-nget, aku baca bukunya Illana Tan juga yang Sunshine becomes you aku nangis ra seriusan, aku juga baca buku komedinya ernest prakasa rasis banget ya si ernest tapi lucu banget, aku baca laskar pelangi juga , dan aku lagi mau nyelesain yang eddensor..”  

Kata katanya melambat

  “ra ,Aku belum nyelesain yang eddensor , aku pengen kamu aja yang nyeritain ke aku, gimana? Boleh nggak? ”

  Matanya mulai berkaca kaca

  “kalau boleh aku ngulang waktu , aku mau tarik semua kata kata yang  bikin mimpi mimpi kamu yang tinggi itu jatuh,  setelah aku baca buku buku ini , aku ngeliat sesuatu yang lain , dimensi yang lain , dimensi hayalan sama dimensi pengharapan, aku yang baru baca dikit aja , aku punya 1 hal yang terbuka lagi , hal itu mimpi, ra”

  Ia mulai menangis  

“Hidupku bukan ngambang ngikutin air ra, aku tetep punya target , tapi targetku target gampang,karna aku nggak mau susah ra , bukan kayak kamu yang berani ambil resiko ditipu kanan kiri cuma buat mimpi, Kara!!”  

Nadanya mulai meninggi air matanya tidak bisa dihentikan

  “Terus sekarang kamu mau apa? Bukannya kamu mau masuk rolling stone sama time? Ya kamu bangun! Gimana caranya kamu nerbitin buku kalau kamu tidur terus! Heh anak males, bangun! Siapa yang suruh tidur , dari awal aku bangunin kamu dan kamu nggak bangun bangun , kamu maunya apa sih , aku dah baca buku buku kamu ,ayo bangun!!!”

  Ia terjatuh dibawah tempat tidur Kara , Ia menangis dengan begitu kerasnya ,ia tidak sanggup menghibur diri dengan hal hal palsu,hatinya hancur melihat saudaranya terbaring dengan selang selang kehidupan yang dimilikinya

Namun di tengah tengah tangisan keras yang dikeluarkannya suara kardiograf menghentakkannya kedalam kesadaran

Ia segera bangun menatap monitor itu

Matanya terbuka lebar

Tidak ada gelombang lagi

Tidak ada

1 garis lurus yang dibencinya terpampang nyata di dalam monitor itu Dan semuanya selesai  

Kira memandang kembarannya dengan penuh kelemahan, ia melihat air disudut mata kanan dan kiri Kara

“Kara........."

"kamu nangis?”  

Kira memukul-mukul kepalanya,membenturkan kepalanya ke dinding kamar ,dan berlari memeluk saudaranya dengan erat dan keras , ia menangis dalam keheningan

  ***
( Puncak , Bogor   )

“1,2,3...”  
Bunyi tanda rekaman dimulai, terdengar kembali    

“Hei...”  
Suara Kira terdengar , dan senyumnya menghiasi layar ponselnya  

“It’s been a year yaps. And this one just for you Alleana Akara. Dokumentasi ini aku buat untuk nutup semuanya . Kara, disini ada semua buku kamu , 1 hal , aku udah baca semua buku kamu , semuanya , aku udah baca , nggak ada yang aku lewatin , terimakasih ra untuk pembelajaran yang istimewa yang kamu kasih ke kembaran kamu  yang bodoh ini. Hari ini aku mau ngeresmiin perpustakaan untuk semua buku buku kamu , ya mungkin mimpi kamu bikin museum , tapi aku baru bisa ngasih perpustakaan , aku yakin kamu seneng. Dan kamu tenang aja ,aku yang bakal nerusin mimpi mimpi gila kamu , aku berjanji . Dan aku pegang 1 kata kata kamu dari Walt Disney yang selalu kamu banggain , gak usah pernah berhenti bermimpi , dan jangan pernah nyerah , kalau aku nyerah aku harus inget kenapa aku mau mulai segalanya"

  Kira mengangguk yang menandakan bahwa ia mengerti dan menyanggupi kalimat itu  

“Makasih ra , terimakasih Kara, Kira sayang Kara.”

  Kira menghentikan rekamannya, ia mengambil kartu memorinya dari ponselnya dan menaruh kartu itu ke dalam 1 kotak yang bertuliskan “Untuk Alleana Akara”  

Ia berjalan ke 1 sungai di dekat perpustakaan yang dibangunnya , ia menaruh kotak itu diatas air yang mengalir , dan ia melepaskannya.

  Ia memandang sejenak kotak itu dan akhirnya berjalan meninggalkan sungai itu dan meninggalkan memorinya bersama Kara yang hanyut terbawa arus

Kira sudah bersiap menjadi Alleana Akira yang tidak akan pernah menghiraukan sebuah mimpi.

  ***

“Ketika kau ingin menyerah ingatlah mengapa kau memulainya”









***

Key said : I'm so sorry about the late , may be you've been waitin so long ya:) hopefully this one will help you guys on the future, do not ever underestimate yourself ya.. ;)... so sorry guyssss:).

To precious :
Palupi Azzahra & Adinda Setya