Rabu, 20 Februari 2019

Bukan Semburat Elegi

Perempuan, Titania namanya. Berjalan dengan tertunduk lesu, menenteng kantong plastik menuju rumahnya.


"Kenapa Ti?" Tanya ibu Tita sesampainya ia kerumah.

"Ibu, maaf, hari ini ulang tahun ibu, tadi Tita ingin membelikan ibu rambutan. Tapi sudah setengah jalan Tita berjalan, ada sepeda motor yang lewat dan mengenai kantong plastik ini, buah rambutan tadi terjatuh, berserakan di jalan, ada yang terlindas kendaraan lain, ada yang jatuh ke parit. Hanya sebagian kecil ini yang bisa Tita selamatkan. Maaf ya Ibu."

Ibu nya memandang Tita dengan penuh rasa sukacita sekaligus iba. Iba seakan teringat bahwa gadis kecilnya sudah tidak memiliki Ayah. Sementara itu, Tita harus ikut merasakan kesusahan semenjak kecil.

Tanpa ingin berbasa-basi, sang ibu mendekati Tita, mengambil kantong plastik itu, sambil tersenyum lebar dan berkata

"Ini sudah lebih dari cukup. Tita ada disini bersama Ibu sudah lebih dari cukup, mari kita makan bersama."

Ibu dan anak ini, menyantap buah rambutan yang hanya tinggal beberapa biji itu bersama-sama, sambil tertawa-tawa, dan bernyanyi-nyanyi. Kebetulan suara sang Ibu indahnya bukan main, lagu yang dinyanyikannya pun juga indah bukan main, begini bunyinya


Lihat rembulan

Lihat matahari

Sinarnya terang menerangi mu beserta samudera

Lihat bintang - bintang

Lihat kunang - kunang

Sinarnya kecil namun menyatu menerangimu beserta angkasa

Lihat dirimu

Lihat hatimu

Sinarmu besar menerangiku

Jangan takut

Jangan gelisah

Pegang tanganku langkahkan kaki terangi jagad semesta

Ini bukan elegi

Hanya senandung penghiburan

Kau milik ku, apalagi yang kupinta? Tidak ada

Kau cahaya hatiku.







Kez
Ditulis diperpustakaan kampus, diiringi petikan gitar monoman yang menyembuhkan hati, sambil teringat Ibuku dan cita-citaku. 

Tidak ada komentar: